FASOR DAN impedansi
pada ELEMEN-elemen DASAR
RANGKAIAN LISTRIK
1. Fasor
Fasor adalah
grafik untuk menyatakan
magnituda (besar) dan
arah
(posisi sudut). Fasor utamanya digunakan untuk menyatakan
gelombang
sinus dalam bentuk magnituda dan sudut serta untuk analisis rangkaian reaktif. Contoh fasor diperlihatkan pada Gambar 1. Panjang
panah fasor menyatakan magnituda dan sudut θ menyatakan posisi sudut seperti pada bagian (a) untuk sudut positif. Contoh
fasor pada
bagian (b) mempunyai magnituda 2 dan sudut fasa
450. Bagian (c) mempunyai
magnituda 3 dan sudut fasa 1800 dan bagian (d) magnituda 3 dan sudut
fasa
-450 (+3150). Perhatikan bahwa sudut
positif diukur berlawanan arah
jarum jam dari referensi (00) dan sudut negatif
diukur searah jarum jam dari referensi
(00).
(a) (b) (c) (d)
Gambar 1. Contoh fasor
1.1 Representasi Fasor Gelombang Sinus
Siklus penuh dari gelombang sinus dapat
dinyatakan sebagai
putaran fasor
3600. Nilai sesaat gelombang sinus
pada setiap titik
sama dengan jarak vertikal dari ujung fasor ke sumbu horisontal. Gambar 2.
memperlihatkan gerakan fasor terhadap gelombang sinus dari 00 hingga
3600. Tampak bahwa panjang fasor sama dengan nilai maksimum dari gelombang sinus (lihat sudut 900 dan sudut 2700).
Gambar
2.
Representasi
gelombang sinus
dengan putaran fasor
1.2 Diagram Fasor
Diagram fasor
digunakan untuk
memperlihatkan hubungan relatif dua atau lebih gelombang sinus
pada frekuensi sama. Sebuah fasor
posisi tetap digunakan untuk menyatakan gelombang sinus penuh, sebab sudut fasa antara dua atau lebih gelombang sinus
frekuensinya sama. Misalnya,
dua gelombang
sinus pada Gambar
3(a) dapat dinyatakan dengan
diagram
fasor
seperti bagian (b). Tampak
bahwa
gelombang sinus
B
leading terhadap gelombang sinus
A sebesar 300 dan amplituda lebih kecil dari gelombang sinus A, yang ditunjukkan dengan panjang fasor.
Gambar 3. Contoh diagram fasor
Notasi
Fasor fungsi sinusoidal untuk
tegangan dan arus adalah :
v =
Vm Sin (ωt ±θ)
è V = Vm Ð ±θ
i
= Im Sin (ωt ±θ) è I = Im Ð ±θ
…..…………………….…...(1)
Karena nilai maksimum hanya digunakan dalam analisis
rangkaian arus bolak balik maka fasor didefinisikan
kembali yaitu nilai
fasor ekivalen dengan nilai
efektif (rms) untuk keseragaman. Oleh
sebab
itu bentuk fasor
tegangan dan arus dituliskan sebagai berikut :
V = V Ð θ
I = I Ð θ ………………………………...(2)
dimana V dan I adalah nilai rms dan θ adalah sudut fasa.
Contoh 1
Konversi bentuk
di
bawah ini dari domain waktu ke domain fasor
Domain waktu Domain fasor a. √2 (50) sin ωt 50 Ð 00
b. 69.6 sin (ωt + 720) (0.707)(69.6) Ð 720= 49.21 Ð 720
c.
45 cos ωt
(0.707)(45) Ð 900= 31.82 Ð 900
Contoh 2
Konversi bentuk di bawah ini dari domain fasor ke domain waktu jika
frekuensi 50 Hz.
Domain fasor Domain waktu
a. I = 10 Ð 300
i = √2 (10) sin (100πt +300)
i = 14.14 sin (100πt +300)
b. V = 115 Ð -700
v = √2 (115) sin (100πt -
700)
v = 162.6 sin (100πt - 700)
2. Hubungan V-I dan Notasi Fasor pada Elemen R, L, C
Elemen Resistor (
R )
Setiap saat daya dapat dikirim ke resistor tanpa memperhatikan
polaritas tegangan atau arus, kecuali pada saat iR= 0 Amp. atau vR= 0Volt. Hal ini diperlihatkan
pada
Gambar
4.
Pada saat tegangan yang diterapkan
mencapai nilai
maksimum
+8V arus
yang melalui resistor
adalah 4A, dan daya yang dikirim adalah 32W seperti yang diperlihatkan pada gambar. Bila tegangan diperkecil
setengah dari
tegangan maksimum
yaitu 4V maka arusnya adalah 2A dan dayanya 8W. Bila arusnya 0A dan
tegangan 0V maka dayanya juga
0W.
Bila diterapkan tegangan
maksimum -8V maka polaritas arus terbalik seperti pada gambar,
tetapi arus yang melalui resistor tetap 4A
dan dayanya 32W. Dengan demikian
tampak bahwa
perubahan arah arus
tidak mempengaruhi daya
yang
dikirim ke resistor.
Gambar 4. Demonstrasi pengiriman daya dengan sumber
tegangan
sinusoidal
Jika kita sekarang
memplot tegangan
dan
arus pada grafik yang sama diperoleh gambar seperti pada Gambar 5. Dari Gambar
5.
terlihat bahwa arus dan tegangan mencapai nilai maksimum dan nilai
nol pada saat
yang
sama,
dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
untuk elemen resistor ;tegangan dan arus
adalah sefasa.
Gambar 5. Tegangan dan arus sefasa pada resistor
Notasi Fasor
berikut :
Notasi
fasor tegangan pada resistor
dapat
dituliskan
sebagai
vR = Vm sin ωt
è VR = VR Ð 00
dimana VR = VR(rms) = 0.707 Vm
|
IR =
VR Ð0
= VR
Ð00
- q R
= VR
Ð - q R
RÐq R R R
Untuk keseragaman
format, θR dihubungkan dengan
elemen
resistor. Karena vR dan iR sefasa maka sudut θR = 00. Substitusi θR = 00 maka :
|
V Ð00
= VR Ð00 - 00 =
VR Ð00
RÐ00
R R
Konversi hasilnya kembali ke
domain waktu adalah :
æ V ö
i = 2 ç
R ÷ sinwt
……………………………………………..(3)
R
è R ø
Elemen Induktor ( L )
Untuk elemen induktif, tegangan adalah berbanding lurus dengan
L dan laju perubahan arus yang dapat dinyatakan sebagai
berikut :
v = L di L
………………………………………………(4)
L dt
Dari persamaan (4), jika laju perubahan arus adalah nol maka tegangan
yang terinduksi pada L adalah nol. Jika laju perubahan arus
menuju
maksimum positif
maka tegangannya adalah maksimum positif, jika laju perubahan arus menuju maksimum negatif maka tegangannya adalah
maksimum negatif.
Arus sinusoidal selalu
menginduksikan tegangan sinusoidal pada rangkaian induktif. Oleh karena itu tegangan dapat digambar berkenaan
dengan nilai arus, dengan mengetahui titik-titik pada kurva arus dan nilai tegangan adalah nol pada saat arus maksimum. Hubungan fasa dapat
dilihat pada Gambar 6.(a). Perhatikan bahwa tegangan leading
terhadap arus sebesar 900. Hubungan tegangan
dan
arus sebagai fasor
diperlihatkan pada Gambar 6.(b).
Gambar
6.
Hubungan fasa arus -
tegangan induktor
Notasi Fasor
berikut :
Notasi fasor untuk
arus pada induktor
didefinisikan
sebagai
iL = Im sin ωt è IL = IL Ð 00
dimana
IL = IL(rms) = 0.707 Im
Gunakan hukum Ohm
untuk elemen induktif :
VL = IL Ð 00 . XL Ð θL = IXL Ð θL + 00 = IXL Ð θL
Karena vL harus lead terhadap iL sebesar 900, maka θL harus 900 . Substitusi θL = 900 akan diperoleh
VL = IL Ð 00 . XL Ð 900 =
IXL Ð 900 = I jXL
Dalam
domain waktu
adalah :
v
L = √2 (IXL) sin (ωt+900) ………………………………………(5)
Elemen Kapasitor ( C )
Untuk elemen kapasitif,
arus adalah berbanding lurus
dengan besar kapasitansi C dan laju perubahan tegangan yang dapat
dinyatakan sebagai
berikut :
dv
i = C C
………………………………………………(6)
C dt
Bentuk gelombang tegangan mempunyai laju perubahan maksimum (dv/dt
= maksimum) pada nilai nol dan laju perubahan nol (dv/dt=0) pada nilai maksimum, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7.
Dari persamaan (6),
jika dv/dt=0 maka i=0 dan jika dv/dt menuju maksimum positif maka i adalah
maksimum positif dan sebaliknya dv/dt menuju maksimum negatif maka i adalah maksimum negatif.
Gambar 7. Laju perubahan dari gelombang sinus
Tegangan sinusoidal selalu menghasilkan arus sinusoidal untuk rangkaian kapasitif. Oleh karena itu arus dapat digambar berkenaan dengan tegangan, dengan mengetahui titik-titik pada kurva tegangan dan arus adalah nol pada saat
tegangan maksimum. Hubungan fasa dapat
dilihat pada Gambar 8.(a)
Perhatikan bahwa arus
leading
terhadap
tegangan sebesar 900. Hubungan arus
dan
tegangan sebagai fasor diperlihatkan pada Gambar 8.(b).
Gambar
8.
Hubungan fasa arus -
tegangan kapasitor
Notasi Fasor
berikut :
Notasi fasor untuk tegangan pada kapasitor didefinisikan sebagai
vC = Vm sin ωt
è VC = VC Ð 00
dimana VC = VC(rms) = 0.707 Vm
Gunakan hukum Ohm
akan menghasilkan :
|
|
|
|
= VC Ð00 - q
= VC Ð - q
|
Karena iC leading terhadap vC sebesar 900, maka θC harus mempunyai
sudut -900 . Substitusi θC = - 900 akan diperoleh
|
Ð00
= VC Ð00 - (-9 00 ) =
VC Ð900
|
|
|
Hasilnya dalam domain waktu adalah
:
æ V ö
i C = 2 ç
C ÷ sin (wt + 900 )
……………………………………(7)
è XC ø
3. Impedansi pada Elemen R, L, dan C
Impedansi adalah perbandingan antara tegangan fasor dan arus fasor, yang
diberi simbol Z. Magnituda impedansi adalah perbandingan
antara
magnituda tegangan fasor dan magnituda arus fasor; sudutnya adalah selisih sudut tegangan dan arus. Satuan impedansi adalah ohm.
Impedansi adalah bilangan kompleks, bukan fasor
oleh
karena bukan fasor maka tidak mempunyai fungsi dalam domain waktu.
Impedansi dapat dinyatakan dalam bentuk
polar (persamaan 8) maupun
dalam bentuk rektangular (persamaan 9).
Z = ІZІ Ðq Z
…………………………………………………...… (8)
Z = R
+ j X …………………………………………………..… (9)
dimana R = Re Z
= komponen resistif =
resistansi
X =
Im Z = komponen reaktif = reaktansi θZ = selisih sudut antara tegangan dan arus
Z = R 2 + X2
q = tan -1 X
Z R
Elemen Resistor
|
|
V Ð00
= RÐ00
………………………..…(10)
|
Ð00 / R
VR = IR ZR
Elemen Induktor
iL = Im sin ωt
v = L
di L
dt
= L d(I m sinwt)
dt
= wL (I m cos wt)
V = ωLI
XL =
V = wLI I I
= wL = 2
Õ fL
…………………………….(11)
ZL = jXL = S L = jωL = ωL Ð900
………………………. (12)
VL = IL ZL
Elemen Kapasitor
VC = Vm sin ωt
i
= C
dVC
dt
= C d(Vm sinwt)
dt
= wC (Vm cos wt)
I = ωCIm
XC =
V = V =
I wCV
1 = 1
wC 2
Õ fC
…………………………….(13)
ZC = -jXC = -j
1
2 Õ fC
= 1
2 Õ fC
Ð - 900
….………….…. (14)
VC = IC ZC
Segitiga Impedansi Rangkaian
Seri R-L
Impedansi total rangkaian seri R-L adalah penjumlahan dari R
dan XL yang dapat dinyatakan sebagai
berikut :
Z = R + jXL ……………………………………………………(15)
Diagram
fasor dari R
dan
XL tampak
pada Gambar 9.
Gambar
9.
Segitiga impedansi
rangkaian seri R-L
Segitiga Impedansi Rangkaian
Seri R-C
Impedansi total rangkaian seri R-C adalah penjumlahan dari R
dan XC yang dapat dinyatakan sebagai
berikut :
Z = R
– jXC ………………………………………………………(16)
Diagram
fasor dari R
dan
XC tampak
pada Gambar
10.
Gambar
10. Segitiga impedansi rangkaian seri R-C
4. Respon
Frekuensi pada Elemen R, L, dan C
Elemen Resistor
Untuk sebuah resistor ideal, kita
dapat mengasumsikan bahwa
frekuensi tidak berpengaruh pada level impedansi seperti yang
tampak pada Gambar 11. Perhatikan bahwa pada frekuensi 5 kHz atau 20 kHz,
resistansi dari resistor
adalah tetap 22 Ω; tidak
ada
perubahan.
|
Elemen Induktor
Untuk induktor ideal, persamaan reaktansi dapat dituliskan
sebagai berikut :
XL = ωL = 2πf L =
(2πL) f =
kf
dimana k=2πL
Persamaan yang diperoleh dapat disamakan dengan persamaan garis
lurus berikut :
y =
mx
+ b = kf + 0 =
kf
dimana b=0 dan slope adalah k atau 2πL. XL adalah variabel y dan f adalah variabel x seperti pada Gambar 12. Karena induktansi
menentukan slope dari kurva maka induktansi yang lebih besar digambarkan sebagai
garis lurus yang lebih curam yang dapat dilihat pada Gambar 12. Selain itu
juga terlihat bahwa untuk f = 0 Hz, reaktansi dari setiap titik adalah 0 ohm. Dengan mensubstitusi f =
0 Hz diperoleh :
XL = 2πf L =
2π(0)L = 0 Ω
Karena diperoleh reaktansi
nol
ohm maka dikaitkan sebagai karakteristik
short circuit, sehingga dapat disimpulkan bahwa :
Pada frekuensi 0 Hz, sebuah induktor dinyatakan sebagai sebuah karakteristik dari short circuit seperti yang diperlihatkan pada Gambar
13.
Gambar 12. Grafik XL terhadap frekuensi
Gambar
13. Pengaruh frekuensi rendah dan tinggi
pada
induktor
Pada Gambar
13. terlihat bahwa bila frekuensi
dinaikkan maka reaktansi juga
bertambah,
sehingga
mencapai level yang
cukup tinggi pada
frekuensi yang sangat tinggi. Sehingga dapat dinyatakan sebagai berikut :
Pada frekuensi yang sangat tinggi , sebuah induktor
dinyatakan
sebagai karakteristik
open circuit seperti yang diperlihatkan pada Gambar
13.
Elemen Kapasitor
Persamaan reaktansi untuk kapasitor adalah :
1
XC =
2PfC
dapat ditulis
sebagai
XC f
= 1 = k
2PC
Dimana sesuai dengan format dasar
untuk hiperbola :
y x
= k
dimana XC adalah variabel y dan f adalah variabel x serta k adalah
konstanta yang sama dengan 1/2πC. Hiperbola mempunyai bentuk sepeti
pada Gambar 14. tampak bahwa untuk kapasitansi yang lebih besar
kurvanya mendekati sumbu vertikal pada
frekuensi rendah dan mendekati sumbu horisontal pada frekuensi tinggi. Pada frekuensi 0 Hz atau mendekati nol reaktansi sangat tinggi, sebagaimana dapat
ditentukan
dari
rumus berikut :
XC =
1 =
2PfC
1
2P(0)C
Þ ¥ W
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa :
Pada frekuensi 0 Hz
atau mendekati nol karakteristik kapasitor dapat
dinyatakan sebagai open circuit, dan frekuensi yang
sangat tinggi
kapasitor dinyatakan sebagai short circuit seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 15.
Gambar 14. Grafik XC terhadap frekuensi
Gambar
15. Pengaruh frekuensi
rendah dan tinggi pada kapasitor
Add to Cart
More Info